Minggu, 14 September 2025

Menyapa Senja di Masjid Terapung Makassar

 Oleh: Gunawan Satyakusuma

Makassar selalu punya cara untuk memikat hati. Bagi sebagian orang, kota ini identik dengan kuliner khas seperti Coto Makassar atau Es Pisang Ijo. Namun bagi saya, salah satu daya tarik utamanya justru terletak di tepi laut, di sebuah bangunan megah yang seolah terapung di atas ombak: Masjid Amirul Mukminin, atau yang lebih akrab disebut Masjid Terapung Makassar.

Keindahan di Atas Laut Losari

Masjid ini berdiri anggun di kawasan Anjungan Pantai Losari, salah satu ikon wisata Makassar. Saat pertama kali melangkah ke area masjid, saya langsung terpesona. Dari kejauhan, kubah biru dan putihnya memantulkan cahaya mentari, sementara tiang-tiang pancangnya menancap kokoh di dasar laut. Begitu air pasang naik, bangunan ini benar-benar tampak seperti melayang di atas air—menciptakan pemandangan yang sulit dilupakan.

Masjid ini terdiri dari tiga lantai, dua di antaranya digunakan untuk shalat. Ruangannya sederhana, tapi terasa lapang dengan angin laut yang bebas masuk dari segala sisi. Beribadah di sini memberi pengalaman spiritual yang berbeda—ada ketenangan sekaligus kekaguman akan ciptaan-Nya.

by Gunawan Satyakusuma
  

Senja yang Membius

Waktu terbaik datang ke Masjid Terapung adalah menjelang senja. Saya masih ingat betul, langit sore di Pantai Losari perlahan berubah jingga, lalu memantul di permukaan laut. Kubah masjid seolah ikut berpendar keemasan. Suasana itu membuat banyak orang berhenti sejenak, sekadar duduk di pelataran atau mengabadikan momen.

Bagi saya, menikmati senja di sini bukan hanya tentang pemandangan, tapi juga tentang rasa syukur. Di tengah riuhnya kota, ada tempat yang memberi jeda untuk merenung dan menenangkan hati.

Sejarah Singkat dan Fakta Menarik

Masjid Amirul Mukminin dibangun pada tahun 2009 dan diresmikan pada 2012 oleh Jusuf Kalla. Nama lain masjid ini adalah Masjid 99 Al-Makazzary, yang merujuk pada Asmaul Husna (99 nama Allah) dan penghormatan kepada Syekh Yusuf Al-Makassari, seorang ulama besar dari Sulawesi Selatan.

Dengan kapasitas sekitar 400–500 jamaah, masjid ini memang tidak terlalu besar, tapi desainnya yang unik menjadikannya salah satu landmark penting di Makassar. Tak heran jika setiap hari, bukan hanya jamaah, tetapi juga wisatawan datang silih berganti.

Tips Berkunjung

  1. Datang saat sore hari – supaya bisa menikmati shalat magrib sekaligus matahari terbenam.

  2. Berpakaian sopan dan rapi – ingat, ini adalah rumah ibadah.

  3. Bawa kamera atau ponsel – karena momen senja di sini sayang kalau tidak diabadikan.

  4. Nikmati kuliner di sekitar Losari – setelah beribadah, banyak penjual makanan khas Makassar yang siap memanjakan lidah.

Penutup

Bagi saya, Masjid Terapung Makassar bukan hanya bangunan indah di tepi pantai. Ia adalah simbol harmoni—antara manusia, laut, dan Sang Pencipta. Setiap kali senja turun dan adzan berkumandang, rasanya seperti diajak untuk berhenti sejenak dari hiruk pikuk dunia, lalu kembali mengingat siapa kita sesungguhnya.

Jika suatu saat kamu berkunjung ke Makassar, jangan lewatkan kesempatan untuk singgah di sini. Siapa tahu, seperti saya, kamu pun akan jatuh cinta pada damai yang ditawarkan Masjid Terapung ini.

by Gunawan Satyakusuma
Tentang Penulis
Saya, Gunawan Satyakusuma, adalah seorang pejalan sekaligus penyedia jasa dokumentasi perjalanan, event, dan wisata di Bandung. Jika kamu membutuhkan layanan dokumentasi profesional untuk perjalanan, prewedding, acara keluarga, atau keperluan konten kreatif, jangan ragu untuk menghubungi saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar